Jika
umatku mengetahui keistimewaan bulan Ramadan, niscaya mereka menginginkan
seluruh bulan adalah Ramadan. Demikian
kutipan hadits Nabi Muhammad SAW mengenai keunggulan bulan Ramadan dibanding
bulan-bulan lainnya. Nama bulan yang disebut pada Alqur’an ini mempunyai
keunggulan yang tidak didapatkan pada bulan lain. Bulan puasa, demikian kita
menyebutnya, merupakan ladang amal dan kebajikan, dimana pahala yang diberikan
berlipat-lipat. Meski ibadah puasa langsung berurusan dengan Allah swt.,
alangkah baiknya kita melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan
aturan-Nya.
Hal lain yang berkaitan dengan Ramadan adalah,
banyaknya kegiatan musiman yang sudah mendarah daging pada keseharian kita.
Sebut saja ngabuburit, proses
menunggu waktunya berbuka puasa dengan berjalan-jalan atau dengan kegiatan
lainnya. Kegiatan ini hanya dapat kita jumpai pada bulan Ramadan. Begitu pula
dengan tayangan televisi, banyak bermunculan acara khusus Ramadan yang, bila
tidak disikapi dengan baik, akan menghamburkan waktu istimewa bulan Ramadan.
Seperti yang diutarakan sebelumnya bahwa bulan
puasa adalah ladang amal yang melimpah ruah, alangkah tidak baiknya bila diisi
dengan kegiatan yang tidak bermanfaat. Walaupun diam bahkan tidur orang berpuasa
adalah ibadah, kita ingin bulan puasa mendatangkan manfaat lebih. Kita akan
sedikit membuka acara televisi yang sudah menjadi bagian penting dalam pola
kehidupan peserta didik kita.
Awalnya acara televisi pada bulan Ramadan
adalah menyampaikan dakwah dengan cara yang biasa-biasa saja. Tak ada satir,
cercaan atau hinaan. Namun, entah siapa yang memulai, acara televisi pada waktu
sahur khususnya menampilkan kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik. Seperti,
memunculkan kekurangan orang lain, bangga akan kesalahan yang dilakukan diri
sendiri dan sebagainya. Hal tersebut tentunya tidak diajarkan nabi Muhammad
SAW., tidak pada bulan Ramadan atau bulan lainnya. Meskipun ada taushiyah,
kadarnya hanya satuan persen dari acara komedi satir.
Dengan tidak mengurangi rasa hormat,
acara-acara Ramadan saat ini perlu mendapat kawalan lebih dari orang tua pada
saat anak-anak menontonnya. Memberikan penjelasan yang bijak adalah cara yang
efektif, dibandingkan mematikan televisi. Perhatian dimaksud bukan hanya ketika
menonton televisi, tapi ketika anak tersebut bergaul dengan orang lain. Ada
kalanya atau bahkan mungkin sering, apa yang mereka lihat di televisi, tanpa
proses apapun mereka langsung menggunakannya. Sebutlah yang ia lihat di
televisi adalah hal-hal baik, bagaimana jika sebaliknya?
Ketika di rumah anak-anak tidak mendapatkan
pilihan kegiatan Ramadan yang baik, pada satuan pendidikan seharusnya mereka
dapatkan. Pembiasaan-pembiasaan yang pada kalender biasa hanya 2 jam pelajaran
dan kegiatan masih bersifat umum, pada bulan Ramadan bisa dilaksanakan kegiatan
keagamaan sebelum peserta didik melaksanakan pembelajaran. Pertama, tadarus Juz ‘Amma. Pembiasaan ini sepertinya hal biasa
saja, namun ada nilai lebih di dalamnya. Kadar pahala yang dijanjikan lebih
tentunya menjadi bagian integral dari proses ini. Pengajar secara komunal
memimpin bacaan Juz ‘Amma, hingga menjelang libur Idul Fitri selesai pula
tadarus Juz ‘Amma.
Kedua,
pembiasaan sholat dhuha. Sholat
yang dilaksanakan pada saat matahari telah terbit ini cukup efektif
dilaksanakan, dimana pengajar menanamkan pembiasaan berdo’a dan berusaha dalam
menjalankan kehidupan.
Ketiga,
taushiyah Ramadan. Sistem yang
digunakan bisa harian sebelum pelaksanaan pembelajaran, setelah pembelajaran,
maupun menggunakan waktu khusus seperti satu hari penuh dengan materi yang
berbeda-beda.
Selain kegiatan-kegiatan tersebut, satuan
pendidikan dapat menugaskan peserta didik mencatat kegiatan di luar sekolah,
seperti kuliah subuh, pelaksanaan tadarus, tarawih, dan sebagainya. Dengan
demikian, kegiatan yang dipilih pada bulan Ramadan benar-benar bermanfaat,
dunia bahkan akhirat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar