Jumat, 20 Juli 2012

MEMILIH KEGIATAN PADA BULAN RAMADAN


Jika umatku mengetahui keistimewaan bulan Ramadan, niscaya mereka menginginkan seluruh bulan adalah Ramadan. Demikian kutipan hadits Nabi Muhammad SAW mengenai keunggulan bulan Ramadan dibanding bulan-bulan lainnya. Nama bulan yang disebut pada Alqur’an ini mempunyai keunggulan yang tidak didapatkan pada bulan lain. Bulan puasa, demikian kita menyebutnya, merupakan ladang amal dan kebajikan, dimana pahala yang diberikan berlipat-lipat. Meski ibadah puasa langsung berurusan dengan Allah swt., alangkah baiknya kita melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan aturan-Nya.
Hal lain yang berkaitan dengan Ramadan adalah, banyaknya kegiatan musiman yang sudah mendarah daging pada keseharian kita. Sebut saja ngabuburit, proses menunggu waktunya berbuka puasa dengan berjalan-jalan atau dengan kegiatan lainnya. Kegiatan ini hanya dapat kita jumpai pada bulan Ramadan. Begitu pula dengan tayangan televisi, banyak bermunculan acara khusus Ramadan yang, bila tidak disikapi dengan baik, akan menghamburkan waktu istimewa bulan Ramadan.
Seperti yang diutarakan sebelumnya bahwa bulan puasa adalah ladang amal yang melimpah ruah, alangkah tidak baiknya bila diisi dengan kegiatan yang tidak bermanfaat. Walaupun diam bahkan tidur orang berpuasa adalah ibadah, kita ingin bulan puasa mendatangkan manfaat lebih. Kita akan sedikit membuka acara televisi yang sudah menjadi bagian penting dalam pola kehidupan peserta didik kita.
Awalnya acara televisi pada bulan Ramadan adalah menyampaikan dakwah dengan cara yang biasa-biasa saja. Tak ada satir, cercaan atau hinaan. Namun, entah siapa yang memulai, acara televisi pada waktu sahur khususnya menampilkan kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik. Seperti, memunculkan kekurangan orang lain, bangga akan kesalahan yang dilakukan diri sendiri dan sebagainya. Hal tersebut tentunya tidak diajarkan nabi Muhammad SAW., tidak pada bulan Ramadan atau bulan lainnya. Meskipun ada taushiyah, kadarnya hanya satuan persen dari acara komedi satir.
Dengan tidak mengurangi rasa hormat, acara-acara Ramadan saat ini perlu mendapat kawalan lebih dari orang tua pada saat anak-anak menontonnya. Memberikan penjelasan yang bijak adalah cara yang efektif, dibandingkan mematikan televisi. Perhatian dimaksud bukan hanya ketika menonton televisi, tapi ketika anak tersebut bergaul dengan orang lain. Ada kalanya atau bahkan mungkin sering, apa yang mereka lihat di televisi, tanpa proses apapun mereka langsung menggunakannya. Sebutlah yang ia lihat di televisi adalah hal-hal baik, bagaimana jika sebaliknya?
Ketika di rumah anak-anak tidak mendapatkan pilihan kegiatan Ramadan yang baik, pada satuan pendidikan seharusnya mereka dapatkan. Pembiasaan-pembiasaan yang pada kalender biasa hanya 2 jam pelajaran dan kegiatan masih bersifat umum, pada bulan Ramadan bisa dilaksanakan kegiatan keagamaan sebelum peserta didik melaksanakan pembelajaran. Pertama, tadarus Juz ‘Amma. Pembiasaan ini sepertinya hal biasa saja, namun ada nilai lebih di dalamnya. Kadar pahala yang dijanjikan lebih tentunya menjadi bagian integral dari proses ini. Pengajar secara komunal memimpin bacaan Juz ‘Amma, hingga menjelang libur Idul Fitri selesai pula tadarus Juz ‘Amma.
Kedua, pembiasaan sholat dhuha. Sholat yang dilaksanakan pada saat matahari telah terbit ini cukup efektif dilaksanakan, dimana pengajar menanamkan pembiasaan berdo’a dan berusaha dalam menjalankan kehidupan.
Ketiga, taushiyah Ramadan. Sistem yang digunakan bisa harian sebelum pelaksanaan pembelajaran, setelah pembelajaran, maupun menggunakan waktu khusus seperti satu hari penuh dengan materi yang berbeda-beda.
Selain kegiatan-kegiatan tersebut, satuan pendidikan dapat menugaskan peserta didik mencatat kegiatan di luar sekolah, seperti kuliah subuh, pelaksanaan tadarus, tarawih, dan sebagainya. Dengan demikian, kegiatan yang dipilih pada bulan Ramadan benar-benar bermanfaat, dunia bahkan akhirat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar