Rabu, 07 Maret 2012

Fantasi

Fantasi


Barangkali, entri fantasi sudah menjadi semacam icon di sebuah TV swasta dalam negeri atau tempat berwisata. Sekali lagi, tanpa menurangi rasa hormat, maaf.
Sekarang, mari kita cermati kata tersebut. Bagaimana kalau kita mulai dengan: Pacar Fantasi (selanjutnya disingkat PF)? Andai harus menyamakan persepsi, anggap saja PF itu adalah seseorang yang kita bayangkan ‘menemani’ keseharian kita. Tak perlu pikirkan jenis kelamin, karena yang esensial adalah kasih sayang. Deal?
Menjadikan seseorang sebagai PF kita tak sesulit kita mendapatkan yang difantasikan (hasil bervariasi pada setiap orang). Syaratnya punya daya jelajah imajinasi  saja. Mudah, kan? Persoalan yang kemudian timbul adalah, sebatas apakah PF itu?
Sebagian mungkin menganggap: biar hanya dalam mimpi mendapatkan dia, atau cukup dengan dirasa-rasa maka pulaslah tidur. Atau mungkin juga: strata yang tinggi menjadikan dia hanya sebatas fantasi saja. Tapi, bagi sebagian orang beranggapan: jangan hanya fantasi. Atau anda punya pandangan lain tentang PF ini?
Namun bila seseorang mencoba realistis, realistiskah seseorang punya PF? Kita coba dengan fantasikan diri, sudah kuatkah moril dan materil kita untuk membagi hati kita dengan seseorang yang dianggap istimewa? Andai sudah siap, masih haruskah memaksakan diri mencari PF? Kasihan yang belum siap, atau yang susah mencari seseorang yang dianggap istimewa meski sudah siap lahir batin. Maaf, kami tak punya catatan lanjutan bagi yang sudah memiliki pasangan.
Bagi yang belum siap atau yang belum punya, silahkan teruskan bacaan Anda.
PF  tak melulu harus “menemani” tidur kita. Bolehkah semacam “memandangnya adalah anugerah” atau “andai rambutmu kau biarkan terurai”, atau “mengapa tak pura-pura salah sambung SMS?” atau “bahagiakah kau dengannya, huh, andai kau denganku…” atau masihkah kita harus berfantasi? Kalau tidak mau, mengapa masih membaca tulisan ini? Katakanlah dengan lantang: AKU MENCINTAIMU APA ADANYA!

Pacaran Fantasi.

Heheh, gimana ya? Gimana dong? Gimana nih?
Hal pertama yang mungkin harus dipikirkan yang berpasangan adalah: nomor hp dan rumahnya, alamat, tanggal lahir (berdampak pada shio anda dan pasangan), makanan dan minuman favorit, tempat pacaran/nongkrong teromantis, sifat dasar/asli pasangan, dan temen-temen pasangan.
Tapi, beratkan Anda berfikir, bahwa yang harus diketahui pertama adalah: apakah pasangan Anda BENAR-BENAR mencintai Anda? Maksudnya, pasangan Anda mencintai Anda hanya karena kasihan, terpaksa, daripada jomblo, atau hanya pelipur lara dikala menyusun tugas akhir (bagi S1 setingkat skripsi). Mungkin ketika pengungkapan rasa Anda pada pasangan tersurat atau tersirat Anda benar-benar mencintainya. Euhm, bagaimana dengan pasangan Anda?
Jangan sampai, hakikat pacaran hanya dalam angan belaka. Artinya, Anda hanya berfantasi pacaran walau anda punya pasangan. Keseharian Anda hanya diisi kekeringan jiwa yang melulu menggerogoti hati anda. Kasihan dong jika sampai soulless. Punya pacar sekelas Dian Sastro pun hampa jika Dian Sastro hanya cinta dirinya sendiri dan Anda hanya badut yang mengagungkannya. Ngomong-ngomong, Dian Sastro mau gitu sama Anda? Udah merit!!
Ya kadang memang kita harus menerima kenyataan yang pahit dan itu tak bisa dipungkiri. Sungguhpun kita memunyai pacar  yang ‘dekat di mata jauh di hati’, ambillah hikmah yang sesungguhnya besar dibalik itu semua.

Pacar Berfantasi
Kok bisa sih? Apa yang terjadi? Bagus dong! Artinya kita adalah idola pasangan kita. Mengapa perlu dibahas?
Terkadang (katanya sih) hidup menyendiri itu sebuah keindahan. Tak ada yang mengatur dan tak perlu mengatur, tak ada dua keinginan yang harus dipenuhi dalam satu pikiran. Bebas menentukan pilihan tempat makan (bagi anak kost), berhak menggoda lawan jenis dikala nongkrong atau fasilitas lain yang masih banyak untuk dinikmati dalam kesendirian. Itu sih katanya……
Tapi….
Gimana kalau kita perlu diatur karena kita ga bisa mengatur? Gimana dengan candle light dinner? Psstt, gimana dengan kebutuhan ‘jasmani’? kebayang dong kita meler lihat sohib kita jalan sama pasangannya dan kita hanya mengaguminya di kamar kost sambil main game. Pasti deh mau punya pasangan, ya minimal buat menuhin dompet dengan foto, ga melulu surat tagihan.
Tapi juga….
Gimana kalau kita udah punya pacar  idaman, kita udah siap dunia akhirat, eh, pasangan kita ternyata ga sama sekali mencintai kita? Gimana?
(gimana kalau) ternyata…..
Pasangan kita hanya mencintai uang kita, ‘hardware’ kita? Atau hanya menyayangi kucing kita di rumah? Gila! Cinta yang tak berbalas itu lebih perih dari cinta yang berbalas (meski menyakitkan). Lebih baik ditolak mentah2 daripada menanggung derita hubungan tanpa keharmonisan dan tidak dilandasi kepercayaan dan kejujuran. Mubadzir dong cinta kita kalo sampai gitu!
Ya, namanya juga cinta. Apa sih yang bikin puas dari cinta? Selalu saja ada yang kurang atau berkurang. Berkurang mungkin, bila ada seseorang yang ternyata jauh lebih memuaskan dibanding pasangan kita sekarang. Atau, kejenuhan melanda karena kita dituntut untuk memfokuskan diri pada hal lain yang lebih penting. Mengapa terjadi? Kembali pada fitrah manusia yang tak kunjung menemukan kepuasan.
Pacar yang berfantasi, kita artikan saja pacar kita selingkuh, memang bukan kasus baru di dunia percintaan. Bolehlah kita katakan umurnya jauh lebih tua dibanding kakek kita. Sampai saat ini pun, hal ini menjadi penyakit yang tak kunjung ditemukan penangkalnya (sama dengan AIDS mungkin). Penawarnya, tanyakan pada diri sendiri ingin seperti apa cinta kita. Bila tak jua temukan penawarnya dalam hati, anggap saja itu anugerah atau kutukan.
Tak heran memang, mengingat perbandingan laki-laki dibanding perempuan adalah 1: 9 dan perbandingan kesetiaan diantara mereka yang berbeda jauh. Wanita lebih cenderung ingin menemukan sosok yang dia idamkan pada lelakinya, dan laki-laki lebih ingin menemukan hal yang ‘dalam’ dari wanitanya. Ya, ga semua begitu sih. Tapi, anda mungkin yang termasuk yang disebutkan tadi.
Mengangkat wacana seperti ini mungkin hanya akan menambah persoalan dunia percintaan. Tapi, tak salah kan kalau kita mengangkat realitas yang ada? Toh tak jadi masalah akut bila anda adalah yang sulit mendapatkan cinta dari lawan jenis anda. Mungkin Tuhan belum memercayai anda untuk mengarungi samudera pacaran. Atau jangan-jangan, anda sendiri yang membuat pacaran itu terasa sulit. Buka lagi agenda hidup anda dan pikirkan lagi isinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar